JAKARTA - Masalah kesehatan gigi pada anak di Indonesia masih sering luput dari perhatian keluarga.
Banyak orang tua baru menyadari pentingnya perawatan gigi ketika kondisi anak sudah menimbulkan keluhan serius dan membutuhkan penanganan lanjutan.
Fakta di lapangan menunjukkan sebagian besar anak tidak mendapatkan pemeriksaan gigi sejak dini. Padahal, fase pertumbuhan merupakan periode penting untuk memastikan kesehatan gigi dan mulut tetap optimal.
Data praktik klinis mencatat lebih dari 70 persen pasien anak datang ke dokter gigi dalam kondisi gigi yang sudah cukup parah. Kondisi ini mencerminkan masih rendahnya kesadaran perawatan gigi preventif di lingkungan keluarga.
Menurut dokter gigi spesialis kedokteran anak, Eka Sabaty Shofiyah, masalah gigi pada anak tidak boleh dianggap sepele. Jika dibiarkan, dampaknya bisa meluas hingga memengaruhi kesehatan fisik dan mental anak.
“Jika dibiarkan, masalah gigi sejak kecil tidak hanya berisiko menimbulkan infeksi dan nyeri, tetapi juga berdampak pada rasa percaya diri anak saat tumbuh besar,” kata Eka.
Ia menegaskan bahwa kesehatan gigi anak merupakan investasi jangka panjang yang menentukan kualitas hidup anak di masa depan.
Perawatan Gigi Dini Menentukan Tumbuh Kembang Anak
Perawatan gigi sejak usia dini memiliki peran besar dalam mendukung pertumbuhan gigi permanen. Kondisi gigi susu yang sehat membantu mengarahkan posisi gigi tetap agar tumbuh dengan baik.
Selain itu, struktur rahang dan susunan gigi anak sangat dipengaruhi oleh kebiasaan perawatan gigi sejak kecil. Kebiasaan ini juga membentuk sikap anak terhadap kesehatan gigi di masa dewasa.
Eka menjelaskan bahwa gigi susu bukan sekadar gigi sementara. Kerusakan pada gigi susu dapat memicu infeksi yang berdampak pada jaringan di sekitarnya.
Jika infeksi menyebar, anak berisiko mengalami gangguan makan dan kesulitan berbicara. Kondisi ini tentu dapat menghambat proses belajar dan interaksi sosial anak.
Oleh karena itu, pemeriksaan rutin ke dokter gigi sangat dianjurkan meski anak belum mengeluhkan rasa sakit. Deteksi dini memungkinkan penanganan lebih ringan dan minim trauma.
Kesadaran orang tua menjadi kunci utama dalam menjaga kesehatan gigi anak. Edukasi sejak dini akan membantu anak memahami pentingnya merawat gigi secara mandiri.
Masalah Gigi Tidak Hanya Soal Nyeri Fisik
Masalah gigi yang dibiarkan tanpa penanganan dapat berdampak lebih luas dari sekadar rasa sakit. Gangguan gigi dan mulut berpotensi memengaruhi kualitas hidup secara menyeluruh.
Eka menuturkan bahwa masalah gigi dapat mengganggu kemampuan makan dan berbicara. Anak yang sering mengalami nyeri gigi cenderung sulit berkonsentrasi dalam aktivitas sehari-hari.
Selain itu, kondisi gigi yang tidak sehat dapat memengaruhi kepercayaan diri. Anak mungkin merasa enggan tersenyum atau berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
“Masalah gigi yang dibiarkan dapat memengaruhi kualitas makan, berbicara, hingga interaksi sosial, sementara senyum yang sehat berperan besar dalam membangun rasa percaya diri di berbagai tahap kehidupan,” kata Eka.
Dampak psikologis ini sering kali tidak disadari oleh orang tua. Padahal, rasa percaya diri merupakan aspek penting dalam perkembangan emosional anak.
Oleh sebab itu, perawatan gigi sebaiknya dipandang sebagai bagian dari upaya menjaga kesehatan mental dan sosial, bukan hanya kesehatan fisik.
Peran Keluarga dalam Membangun Kebiasaan Sehat
Kesadaran menjaga kesehatan gigi seharusnya tidak berhenti pada anak-anak. Orang dewasa juga memiliki peran penting sebagai contoh dalam membangun kebiasaan perawatan gigi yang baik.
Eka mengingatkan bahwa kesehatan gigi orang dewasa turut memengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Infeksi gigi dapat berkaitan dengan berbagai masalah kesehatan lain.
Ia menyarankan orang dewasa untuk rutin menggosok gigi dan melakukan perawatan gigi preventif. Perawatan seperti scaling, topical fluoride, dan fissure sealant dinilai sebagai investasi kesehatan jangka panjang.
Kebiasaan positif ini akan lebih mudah ditiru oleh anak jika diterapkan secara konsisten dalam keluarga. Anak cenderung mengikuti perilaku orang tua dalam merawat kesehatan gigi.
Sepanjang 2025, praktik klinis mencatat tiga masalah gigi utama yang sering dialami keluarga Indonesia. Masalah tersebut meliputi ketidakharmonisan susunan gigi, gigi berlubang, dan rendahnya kebiasaan perawatan preventif.
Temuan ini sejalan dengan Survei Kesehatan Indonesia 2023 yang mencatat lebih dari setengah penduduk usia tiga tahun ke atas mengalami masalah gigi dan mulut.
CEO Audy Dental, drg Yulita Bong, mengungkapkan adanya peningkatan signifikan kasus maloklusi dan gigi berlubang dibandingkan tahun sebelumnya.
“Kami percaya bahwa kesehatan gigi dan senyum sehat adalah fondasi kualitas hidup. Melalui edukasi, layanan spesialis, dan akses yang luas, AUDY Dental berkomitmen mendampingi keluarga Indonesia membangun kebiasaan perawatan gigi yang berkelanjutan,” kata Yulita.
Melihat tren tersebut, membangun kesadaran sejak dini menjadi langkah penting agar masyarakat tidak lagi menunggu hingga masalah gigi berkembang menjadi kondisi serius.